Selasa, 30 November 2010

Dilema Antara Dua Opsi

Penerapan pelarangan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bagi kendaraan roda empat hingga kini masih belum memiliki titik terang, baik dari segi aturan dan mekanisme pelaksanaan di lapangan.

Dari dua opsi yang ditawarkan oleh Menteri Perekonomian, Hatta Rajasa tampaknya opsi pertama yaitu semua kendaraan plat hitam alias kendaraan pribadi dilarang menikmati BBM bersubsidi khususnya premium dan solar tampaknya lebih mudah dalam implementasi di lapangannya. Hal ini disampaikan oleh VP Corporate Communication Pertamina, M. Harun (28/11). "Pertamina lebih memilih opsi yang lebih mudah pelaksanaannya, walau diakui bahwa hingga saat ini masih belum ada pemaparan atas opsi pertama tersebut."

Di tempat terpisah anggota komite BPH MIgas Ibrahim Hasyim mengatakan bahwa pelaksanaan opsi pertama lebih mudah, penghematan yang dihasilkan juga lebih besar. opsi pertama menunjukan bahwa dalam mengambil kebijakan pemerintah tak terkesan pilih kasih. sementara untuk opsi kedua pelaksanaanya akan sulit dan jumlah BBM bersubsidi yang dihemat juga tidak besar.

Sementara itu Pengamatan perminyakan Pri Agung Rahmanto mengatakan dengan opsi pertama BBM bersubsidi yang bisa dihemat mencapai 11 juta kilo liter, sementara dengan opsi kedua hanya bisa menghemat 7 juta kilo liter BBM bersubsidi atau setara dengan dana Rp. 10,6 Triliun.

Seperti yang diketahui bahwa dalam upaya mengurangi pemakaian BBM bersubsidi pemerintah sedang mengupayakan sebuah mekanisme pengaturan konsumsi BBM bersubsidi yang dijadwalkan akan mulai berlaku 1 Januari 2011. ada dua opsi yang ditawarkan PERTAMA semua kendaraan plat hitam (pribadi) dilarang menikmati BBM bersubsidi khususnya premium dan solar. larangan ini tidak berlaku untuk kendaraan umum berplat kuning, kendaraan roda dua, serta nelayan. sementara opsi KEDUA adalah pelarangan penggunaan BBM bersubsidi bagi kendaraan roda empat mulai tahun 2005 ke atas.

semoga pemerintah lebih bijaksana dalam mengambil kebijakan dengan memperhatikan aspek sosial masyarakat.



Senin, 29 November 2010

Jembatan Kalahien Diresmikan


Palangka Raya,
Tuntas sudah pembangunan Jembatan Kalahien yang membelah Sungai Barito tepatnya di Desa Kalahien, Barito Selatan. Jembatan yang memiliki panjang 620 meter ini diresmikan langsung oleh Gubernur Kalteng, Agustin Teras Narang, SH dan Wakil Gubernur Kalteng, Ir. H. Achmad Diran pada Kamis (25/11).

Jembatan yang pengerjaannya dimulai bulan Oktober 2006 dan telah menghabiskan biaya Rp.189 Milyar bersumber dari dana sharing APBD Provinsi Kalteng dan APBD Kabupaten ini me
mpunyai peran yang sangat strategis dalam upaya mendekatkan jarak transpotrasi dari 4 kabupaten di daerah Barito (Murung Raya, Barito Utara, Barito Timur dan Barito Selatan) menuju Palangka Raya sebagai ibukota Provinsi Kalteng.

Jembatan Kalahien Lolos Uji Beban
Sementara itu di waktu yang berbeda, Sabtu (27/11) Tim dari Direktorat Bina Teknik Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum RI melakukan test beban statik dan dinamik dan hasilnya diakui bahwa jembatan sepanjang 620 meter dengan bentang tengah berupa kontruksi pelengkung 200 meter dinyatakan sangat kuat (kokoh) dan bahkan bisa dikatakan terbaik jika dibanding dengan jembatan -jembatan sejenis di Indonesia.

Peralatan yang dipakai oleh tim yang terdiri dari 5 orang dan langsung dipimpin oleh Kasubit Teknik Jembatan Ditjen Bina Marga Kementerian PU RI, Ir Heri Vasa MEng Sc adalah Blastmate II Conseksed Intructions, yaitu sebuah alat untuk melakukantes beban pada jembatan. alat ini juga dilakukan saat melakukan test pada jembatan Suramadu (Surabaya - Madura).


Semoga dengan selesainya pembangunan dan uji coba ini masyarakat tidak perlu kuatir dalam menggunakan dan melintasi jembatan. Semoga dengan kehadiran jembatan ini juga dapat semakin memperkuat hubungan masyarakat yang tinggal di wilayah barito dengan wilayah lain Provinsi Kalteng.





SELAMAT ATAS PERESMIAN JEMBATAN KALAHIEN
OLEH GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH.

Pada Kamis, 25 Nopember 2010





Kamis, 23 September 2010

Menyusuri Perjalanan P.Raya - Nangabulik

Andhana Mobil,

Minggu, 12 September 2010 Andhana Mobil berkesempatan untuk mencoba menelusuri perjalanan darat lintas selatan dengan rute Palangka Raya - Nangabulik (Lamandau). Jalur ini merupakan salah satu lintasan strategis yang menghubungkan antara Provinsi Kalimantan Barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah.

Perjalanan menggunakan Toyota Innova, dimulai sekitar pukul 09.30 wib setelah terle
bih dulu mengisi penuh tangki bahan bakar di SPBU jalan Rajawali, P.Raya. Rute pertama yang ditempuh adalah P.Raya - Sampit (Ibukota Kabupaten Kotawarigin Timur), jarak tempuh P.Raya - Sampit sepanjang 210 Km ini terlebih dahulu melalui kota Kasongan (ibukota Kabupaten Katingan, Kabupaten hasil pemekaran dari kabupaten Kotawaringin Timur). rute P.Raya – Kasongan ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam dengan jarak tempuh sekitar 80 km. kondisi jalan dari P.Raya – Kasongan aspal mulus dan badan jalan yang lebar.

Keluar dari kota Kasongan menuju arah desa Pelantaran jalanan mulai sempit, badan jalan yang sempit dirasakan karena di bahu kiri kanan jalan tergerus air sehingga menimbulkan lubang-lubang yang cukup dalam dan berbahaya, pengemudi dituntut untuk lebih berhati-hati dan sabar karena banyak sekali mobil-mobil yang juga melintas dari arah berlawanan dan sama-sama berupaya untuk menghindar lubang di bahu kiri kanan jalan.

Di wilayah Desa Pelantaran ini ada beberapa warung makan dan bisa menjadi lokasi peristirahatan setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam dari P.Raya. setelah cukup beristirahat perjalanan dilanjutkan dengan menempuh rute Pelantaran – Sampit. Kondisi jalan masih hampir sama dengan kondisi jalan sebelumnya, ditambah dengan banyaknya kerusakan bukan hanya di bahu kiri kanan jalan saja tapi juga di tengah jalan banyak lubang-lubang sehingga kendaraan tidak dapat melaju dengan normal. Kondisi jalan seperti ini di alami hingga sampai daerah Kecamatan Kota Besi.

Di wilayah Kota Besi mobil kembali mengisi penuh tangki bahan bakar di SPBU,
kemudian melanjutkan perjalanan ke Sampit. Waktu tempuh dari Kota Besi – Sampit kurang lebih satu jam perjalanan, tiba di sampit sekitar pukul 15.00 wib. Perjalanan dilanjutkan dengan rute Sampit – Simpang Runtu dengan jarak tempuh sekitar 188 km. Rute Sampit – Simpang Runtu merupakan rute yang sama untuk Sampit – Pangkalan Bun (Kabupaten Kotawaringin Barat). Dalam perjalanan Sampit – Simpang Runtu akan sering melihat hamparan kebun sawit di sisi kiri kanan jalan dari beberapa perusahaan perkebunan yang beroperasi di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat.

Kondisi jalan Sampit – Simpang Runtu relatif baik walau masih sering dijumpai lubang-lubang yang menganga di badan jalan dan di bahu kiri kanan jalan akibat gerusan air. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga jam akhirnya tiba di Simpang Runtu sekitar pukul 18.00 wib. Simpang Runtu ini merupakan pintu keluar masuk untuk menuju ke Kabupaten Lamandau (ibukota Nangabulik) dan Kabupaten Sukamara (ibukota Sukamara) dan juga jalur untuk menuju ke Kudangan perbatasan Kalten
g – Kalbar.

Kondisi jalan dari S
impang Runtu – Nangabulik kondisinya sangat baik, aspal mulus dan lebar. Karena masuk ke Simpang Runtu pada malam hari maka pengemudi mengandalkan sinar lampu mobil dan rambu-rambu lalu lintas yang ada. Perjalanan Simpang Runtu – Nangabulik memakan waktu kurang lebih satu jam dengan jarak tempuh sekitar 70 km. setelah melalui jalanan yang naik turun dan tikungan-tikungan tajam akhirnya sekitar pukul 19.00 wib Andhana Mobil tiba di kota Nangabulik.

Pagi harinya A
ndhana Mobil berkesempatan untuk melihat-lihat kota Nangabulik ditemani oleh seorang teman yang merupakan putra asli Nangabulik. Menurut informasi yang diterima bahwa untuk menuju ke Kudangan perbatasan Kalteng – Kalbar dapat menempuh waktu kurang lebih 2 jam dengan kondisi jalan yang baik.

Senin, 13 September 2010 sekitar pukul 10.00 Wib akhirnya Andhana Mobil kem
bali melanjutkan perjalanannya pulang ke P.Raya dan tiba di P.Raya sekitar pukul 19.00 wib