Rabu, 28 Juli 2010

Palangkaraya Dinilai Paling Pas Jadi Ibukota

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terpilih dari daerah pemilihan Kalimantan Timur, Desmond Mahesa, menilai kota paling cocok di Pulau Kalimantan untuk menjadi Ibukota adalah Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ada beberapa alasan Desmond mendukung Palangkaraya.

"Ini sebetulnya bukan hal yang baru karena sebelumnya Soekarno pun pernah mendesain hal ini kan," kata Desmond kepada VIVAnews, Senin 26 Juli 2010. "Kalau memang mengikuti hitung-hitungannya Bung Karno dulu, ya memang di Kalimantan Tengah lebih cocok: Palangkaraya," kata politisi Partai Gerakan Indonesia Raya itu.

Desmond menilai, Palangkaraya secara geografis dan pertahanan, cocok sebagai Ibukota. Kemudian, bicara pengembangan Indonesia, Palangkaraya masih terbuka luas untuk dikembangkan.

"Bicara mengenai pengembangan Indonesia ke depan tentunya usulan ini saya dukung. Kita di Jakarta sekarang sudah terjebak dengan situasi macet dan macam-macam kan," ujarnya.

Desmond lebih mendukung Kalimantan Tengah daripada Kalimantan Timur yang menjadi dapilnya karena alasan pertahanan. "Kalau menurut saya, Kalimantan Timur terlalu dekat dengan negara lain. Dari segi pemikiran Bung Karno, hal itu tidak tepat. Itu kan dalam rangka persoalan pertahanan kan," katanya.

Dari segi infrastruktur pun, kawasan tengah lebih mudah dibangun daripada yang di timur. "Ditambah lagi kalau di tengah itu kan letaknya di tengah-tengah Kalimantan sehingga jadi untuk distribusi informasi dan macam-macamnya untuk jangka panjang kan lebih cocok," ujarnya.

Kemarin Wakil Ketua Komisi II Teguh Juwarno melempar isu pemindahan Ibukota ke Pulau Kalimantan. Menurut Teguh, kemacetan dan potensi bencana alam di Jakarta sudah cukup menjadi alasan memindahkan Ibukota seperti yang digagas Bung Karno dulu.

Sumber : Viva News
By: Arfi Bambani Amri, Mohammad Adam - 27 Juli 2010

Kamis, 15 Juli 2010

Taufik : "Agustus Kalteng Bebas Pemadaman"

Menanggapi berbagai pertayaan dan reaksi dari lapisan masyarakat di Palangka Raya akhirnya Manager PT. PLN Cabang Palangka Raya, Taufik Eko angkat bicara.

Diungkapkan bahwa PLN tengah mengupayakan penambahan kapasitas di sistem Barito yang meliputi Banjarmasin, Barabai, Palangka Raya dan Kapuas sehingga dijanjikan wilayah Kalteng akan bebas pemadaman pada Agustus mendatang.

Melalui sistem Barito ini telah diupayakan penambahan daya sebesar 80 MW diantaranya PLTD Kapuas 10 MW yang mulai beroperasi November 2009, PLTD seberang Barito sebesar 30 MW yang beroperasi sejak Juni 2010, PLTD sewa Trisakti 20 MW, PLTD sewa Palangka Raya 9,6 MW.

Taufik meminta “Agar masyarakat bersabar karena PLN terus mengupayakan penambahan daya listrik.” Diungkapkan pula pemadaman yang dilakukan dalam beberapa minggu ini disebabkan adanya pemeliharaan jaringan serta sering terjadinya gangguan sistem kelistrikan Kalsel – Kalteng. Selain itu pemadaman juga bisa terjadi akibat faktor alam dan mesin PLTD Kahayan yang usianya sudah cukup tua sehingga diperlukan perawatan dan pemeliharaan secara berkala.

Taufik juga mengaku bahwa pihaknya tidak bisa memenui permintaan Gubernur Kalteng agar mesin di Palangka Raya bisa beroperasi secara terpisah sehingga mencukupi kebutuhan listrik di Palangka Raya hal ini disebabkan karena kebutuhan listrik di Palangka Raya masuk dalam sistem interkoneksi Kalselteng sehingga mau tidak mau harus mensuplay listrik ke sistem terebut.

Khusus untuk kelistrikan Palangka Raya saat ini hanya disuplai daya sebesar 15 mega watt diantaranya melalui PLTD Kahayan sebesar 5,4 MW dan sewa genset 9,6 MW sementara beban puncak mencapai 29,6 MW. Diharapkan pada Agustus 2010 pemadaman sudah bisa teratasi dengan penambahan daya melalui tambahan PLTD Kahayan sebesar 10 MW.

Sumber :
Kalteng Pos, 5 Juli 2010. Kalteng Pos, 7 Juli 2010.

Reaksi Atas Krisis Listrik

Padamnya aliran listik di kota Palangka Raya yang semakin tidak terjadwal membuat beberapa elemen masyarakat hingga pejabat pemerintahan mempertayakan kondisi ini ke pihak PT. PLN cabang Palangka Raya.

Seperti yang dilakukan oleh Gubernur Kalteng A.Teras Narang, SH yang melayangkan surat ke General Manager PT. PLN Unit Bisnis Kalimantan Selatan dan Tengah (Kalselteng) di Banjar Baru. Dalam surat tersebut Teras Narang menagih janji Direktur Utama PT. PLN yang mengatakan mulai Juli 2010 sudah tidak ada pemadaman secara bergilir akibat terjadinya defisit daya. Selain menagih janji dalam surat tersebut Teras juga berupaya memberi solusi agar daya listrik di Palangka Raya sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Tengah tidak dimasukan dalam sistem kelistrikan Kalselteng. (Kalteng Pos, 3 Juli 2010).

Para wakil rakyat pun bersuara seperti yang disampaikan oleh juru bicara Fraksi Golkar DPRD Kalteng, H.Guntur HAA. Menurutnya kenaikan TDL ternyata tidak diimbangi dengan peningkatan pelayanan PLN dan ini mengecewakan masyarakat, belum lagi dengan kenaikan TDL yang akan berdampak pada naiknya berbagai harga barang kebutuhan pokok, kondisi ini akan semakin menyengsarakat rakyat. Sementara itu masyarakat yang belum menikmati sambungan listrik dari PLN dibuat semakin tercekik dengan tingginya tarif pemasangan sambungan listrik baru untuk daya 450 watt sebesar Rp.5.000.000,-. (Kalteng Pos, 6 Juli 2010).

Kamis (8/7) gelombang protes datang dari para mahasiswa yang datang ke kantor Gubernur Kalteng di Jalan RTA. Milono. Aksi ini menuntut agar Maneger PT.PLN Cabang Palangka Raya, Taufik Eko mundur dari jabatannya jika tidak bisa mengatasi krisis listrik hingga Agustus 2010. Ada tujuh point tuntutan para mahasiswa diantaranya pembatalan kenaikan tarif daya listrik (TDL), pemanfaatkan sumber daya alam Kalteng untuk menanggulangi krisis listrik Kalteng, Membangun pembangkit listrik baru yang dikelola secara mandiri, dan mereformasi birokrasi PT. PLN. (Kalteng Pos, 9 Juli 2010).

Kamis, 01 Juli 2010

TDL Naik, Listrik Masih Sering Padam

Palangka Raya,
Kamis, 1 Juli 2010 ditetapkan harga Tarif Dasar Listrik (TDL) naik rata-rata 10%, kecuali bagi pelanggang dengan daya 450 dan 900 watt. Namun kenaikan ini tidak disertai dengan peningkatan pelayanan oleh perusahaan yang mengurusi listrik di negara ini. Hal ini bisa dirasakan warga kota Palangka Raya yang mengeluh dengan pemadaman listrik yang saat ini terkesan seenaknya tanpa ada pengumuman dan jadwal pemadaman.

Padahal dalam pemberitaan media cetak lokal (Kalteng Pos, Jumat 4 Juni 2010) memuat pernyataan Manager Cabang PLN Palangka Raya, Taufik Eko yang memastikan bahwa mulai Jumat (4/6) pemadaman bergilir di wilayah Palangka Raya dan sekitarnya akan segera berakhir setelah dipasangnya 6 unit mesin baru dari 12 unit yang direncanakan dipasang di Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Kahayan. Dengan 6 unit mesin baru ini daya yang dihasilkan sebesar 6 megawatt (MW) jauh melampaui defesit listrik Palangka Raya sebesar 3 MW.

Namun pada kenyataannya pemadaman listrik masih terus berlanjut hingga saat ini, seperti yang terjadi pada Rabu (30/6) dimana listrik di komplek PCPR I dalam satu hari mati sebanyak dua kali, yaitu pada pagi dan malam hari, bahkan dibeberapa daerah lain seperti di Kecamatan Jekan Raya , Kota Palangka Raya ada yang mati hingga tiga kali dalam sehari. Ironisnya hingga hari ini (1/7) belum ada pernyataan resmi dari pihak PLN terhadap seringnya pemadaman listrik.

Naiknya tarif listrik tentunya membuat para konsumen untuk berpikir ulang terhadap pemakaian berbagai barang elektronik rumah tangga, juga bisa berdampak pada naiknya berbagai produk barang akibat biaya produksi yang juga akan naik.